DUMP
TRUCK
Dibuat untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Pemindahan Tanah Mekanis
Oleh
:
1.
Anjas Styawan NPM : 12050803
TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL
![]() |
POLITEKNIK GEOLOGI DAN
PERTAMBANGAN “AGP”
BANDUNG
2009
DUMP TRUCK
A.
Alat – Alat Angkut (Hauling or
Transporting Units)
Pengangkutan batuan, endapan bijih, karyawan, “waste”, kayu
penyangga (timber), dan barang – barang kerpeluan sehari – hari (supply)
merupakan suatu hal yang sangat mempengaruhi kelancaran operasi penambangan.
Untung ruginya suatu perusahaan tambang terletak juga pada lancar tidaknya
sarana pengangkutan yang tersedia.
Ada bermacam – macam alat angkut yang dapat
dipergunakan untuk kegiatan pemindahan material dan karyawan, yaitu :
1.
Truk jungkit (dump truk)
2.
“power scraper”
3.
“conveyor”
4.
“cable way transportation”
5.
Lokomotif dan lori (mine cars)
6. Pompa dan pipa
7.
“skip”
8.
“cage”
9.
Tongkang (barge) dan kapal tunda (tugboat)
10.
Kapal curah (bulk ore ship)
Untuk
pengangkutan jarak dekat (kurang dari 5 km) biasanya dipakai truk dan power
scaraper. Untuk pengangkutan jarak sedang (5 – 20 km) dapat dipakai truk yang
berukuran basar, belt conveyor dan “cable way”. Untuk jarak jauh (lebih dari 20
km)bisa dipergunakan kereta api, pompa dan pipa. Tetapi yang akan dibahas
selanjutnya hanya truk jungkit, lokomotif dan lori, serta “belt conveyor”.
1.
Truk Jungkit (dump truck)
Alat
angkut ini banyak dipakai untuk mengangkut : tanah, endapan bijih, batuan untuk
bangunan, dll, Pada jarak dekat dan sedang. Karena kecepatannya yang tinggi
(kalau jalur jalan baik), maka truk memiliki produksi yang tinggi, sehingga
ongkos angkut per ton material menjadi rendah. Kecuali itu truk juga luwes
(flexible), artinya dapat dipakai untuk mengangkut bermacam – macam barang
dengan muatan yang bentuk dan jumlahnya beraneka ragam pula, dan tidak terlalu
tergantung pada jalur jalan (bandingkan
dengan lori atau belt conveyor).
Alat
angkut ini dapat digerakan dengan motor
bensin, diesel, butane, atau propane. Yang berukuran besar biasanya digerakan
oleh mesi diesel . Kemiringan jalan atau tanjakan yang dapat dilalui dengan
baik berkisar antara 7 – 18%. Tetapi kalau memakai “motorized wheel” dapat
mengambil tanjakan sebesar 35%.
a. Penggolongan Truk jungkit
Truk
jungkit dapat digolong - golongkan berdasarkan beberapa cara, antara lain :
a) Berdasarkan macam roda penggeraknya (wheel drive)
Ada
bermacam-macam kemungkinan roda penggerak (wheel
drive), yaitu
(a) Roda penggeraknya adalah roda-roda depan (front wheel).
Pada
umumnya lebih lambat dan cepat aus ban-ban depannya.
(b) Roda penggeraknya adalah roda-roda belakang (rear wheel drive or standard). Tipe
truk yang paling bayak dipergunakan pada saat ini, karena keausan ban-ban
depannya lebih rendah.
(c) Roda penggeraknya adalah roda-roda depan dan
belakang (four wheel drive), sehingga
daya dorongnya lebih besar. Oleh sebab itu trukjenis ini banyak dipakai pada
jalur-jalur jalan yang becek dan lembek.
(d) Roda penggeraknya adalah semua roda-roda
belakang (double rear wheel drive).
Pada umumnya roda penggerak jenis ini dipakai untuk truk-truk yang berkapasitas
besar dan dipakai untuk jalur jalan yang daya dukungnya rendah.
b) Berdasarkan cara mengosongkan muatannya
Ada
tiga macam truk jungkit mengosongkan muatannya (dumping), yaitu :
(a) “end-dump or rear dump”, atau mengosongkan muatan ke belakang.
(b) “side-dump”, atau mengosongkan muatan ke samping.
(c) “bottom-dump”, atau mengosongkan muatan ke arah belakang.
Pemilihan macam pengosongan truk tergantung
dari keadaan tempat kerja, artinya tergantung dari keadaan dan letak tempat
pembuangan material (dump site).
Kerangka (body) baknya pada umumnya terbuat
dari baja yang kuat dan tahan abrasi. Pada saat ini sudah ada kerangka bak yang
terbuat dari paduan (alloy) alumunium, sehingga lebih ringan, tetapi tetap kuat
dan tahan abrasi.
c) Berdasarkan ukurannya
Pada
umumnya ukuran truk jungkit dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
(a) Ukuran kecil, yaitu truk-truk yang mempunyai
kapasitas sampai 25 ton.
(b) Ukuran sedang, yaitu yang mempunyai kapasitas
antara 25 – 100 ton.
(c) Ukuran besar, yaitu yang memiliki kapasitas di
atas 100 ton.
Mengenai
cara pemilihan ukuran truk memang agak sukar menentukanya. Akan tetapi sebagai
pegangan (rule of thumb) dapat dikatakan bahwa kapasitas minimum dari truk kira
– kira 4 – 5 kali kapasitas alat galinya (power shovel atau dragline).
Keuntungan
memakai truk yang kecil kapasitasnya adalah :
(a) Lebih mudah menggerakan ke kanan dan ke kiri,
atau lebih lincah dan gesit.
(b) Lebih cepat dan ringan, sehingga tak lekas
merusak ban dan jalan.
(c) Kalau kebetulan ada yang macet atau rusak
kemerosotan produksinya hanya kecil.
(d) Lebih mudah untuk disesuaikan atau
diselaraskan dengan kapasitas alat galinya.
Kerugiannya
adalah :
(a) Agak sukar “mengisi” nya karena kecil,
sehingga lebih lama ”spotting time” nya.
(b) Diperlukan lebih banyak pengemudi, waktu
perawatan (maintenance), macamnya suku cadang (spare parts) untuk sasaran
produksi yang sama.
(c) Mesinnya sering memakai bahan bakar yang
mahal.
Pengaruh
ukuran truk dan ukuran alat gali terhadap ongkos pengangkutan untuk sasaran
produksinya tertentu dapat dicari optimasinya.
Keuntungan memakai truk yang besar kapasitasnya adalah :
(a) Untuk
kapasitas yang sama dengan truck kecil jumlah unit truck besar lebih sedikit.
(b) Sopir
atau crew yang digunakan lebih sedikit.
(c) Cocok
untuk angkutan jarak jauh.
(d) Pemuatan
dari loader lebih mudah sehingga waktu yang hilang lebih sedikit.
Kerugian memakai truk yang besar kapasitasnya
adalah :
(a) Jalan
kerja harus diperhatikan karena berat truck, kerusakan jalan relative lebih
cepat.
(b) Pengoperasian
lebih sulit karena ukurannya lebih besar.
(c) Produksi
akan sangat berkurang jika salah satu truck tidak jalan.
(d) Pemeliharaan
lebih sulit dilaksanakan.
Mengosongkan muatan ke belakang (end dump or rear dump)


Mengosongkan muatan ke samping (Side dump)


Mengosongkan muatan ke bawah (bottom dump)


2. Tahanan Gali (Digging Resistance)
Adalah tahanan yang dialami oleh alat-alat pada waktu
melakukan penggalian meliputi:
a. Gesekan antara alat gali dan Tanah
b. Kekerasan tanah/batuan
3. Tahanan Gulir/Gelinding (Rolling
Resistance)
Besarnya tahanan gulir dinyatakan dalam “pounds” lbs dari
tractive pull yang diperlukan untuk menggerakkan tiap gross ton berat kendaraan
beserta isinya pada jalur jalan mendatar dengan kondisi jalan tertentu.
Keadaan
bagian kendaraan yang berkaitan dengan permukaan jalur jalan :
a.
Kalau memakai ban karet yang akan berpengaruh adalah ukuran
ban, tekanan dan keadaanpermukaan bannya apakah masih baru atau gundul dan
macam kembangan pada ban tersebut.
b.
Jika memakai crawler track maka keadaan dan macam track
kurang berpengaruh tetapi yang lebih berpengaruh adalah keadaan jalan.
Tabel Angka-Angka Tahanan Gulir Untuk Berbagai Macam
Jalan

4.
Tahanan Kemiringan (Grade
Resistance)
Yaitu besarnya gaya berat yang
melawan atau membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang
dilaluinya. Kalau jalur jalan itu naik disebut kemiringan positif (plus slope)
maka tahanan kemiringan (grade resistance) akan melawan gerak kendaraan
sehingga memperbesar tractive effort atau rimpull yang diperlukan. Sebaliknya
jika jalur jalan itu turun disebut kemiringan negative (minus slope) maka
tahanan kemiringannya akan membantu gerak kendaraan artinya mengurangi rimpull
yang dibutuhkan.
Tahanan kemiringan itu terutama
tergantung dari dua faktor yaitu :
a. Besarnya kemiringan yang biasanya
dinyatakan dalam persen (%). Kemiringan 1 % berarti jalur jalan itu naik atau
turun 1 meter untuk tiap jarak mendatar sebesar 100 meter ; atau naik turun 1
ft untuk setiap 100 ft jarak mendatar.
b. Berat kendaraan itu sendiri yang
dinyatakan dalam “gross ton”.Besarnya rimpull untuk mengatasi tahanan
kemiringan ini harus dijumlahkan secara aljabar dengan rimpull untuk mengatasi
tahanan gulir.
Pengaruh Kemiringan Jalan
Terhadap Tahanan Kemiringan

Akan
tetapi perlu diingat bahwa alat-alat pemindahan mekanis itu jarang yang dapat
mengatasi kemiringan lebih besar dari 15 %. Jadi kalau dipakai tahanan
kemiringan 20 lb/ton/%, maka angka-angkanya tidaklah terlalu menyimpang sampai
kemiringan 15 %.
Cara
menentukan tahanan kemiringan itu dapat dengan memakai teori mekanika (ilmu
pesawat) yang sederhana.
Cara
Menentukan Tahanan Kemiringan

Dari gambar diatas terlihat bahwa DEF sebangun ABC, maka :
EF
|
|
BC
|
|
P
|
|
BC
|
|
|
BC
|
---
|
=
|
---
|
--->
|
---
|
=
|
---
|
atau P
|
= W
|
---
|
DF
|
|
AC
|
|
W
|
|
AC
|
|
|
AC
|
Bila W = 1 ton = 2.000 lbs
|
1 m
|
|
AB
|
100m/100ft
|
Sedangkan
BC =
|
-----
|
dan
AC =
|
---------- =
|
------------------
|
|
1 ft
|
|
Cos α
|
Cos α
|
Sedangkan
1 % = 1 / 100 dan cos α = 10
maka
persamaan diatas menjadi :
1
P = 2000 lbs----------------- = 20 lbs
P = 2000 lbs----------------- = 20 lbs
1000/Cos
10
Perlu diingat
bahwa kemiringan negative itu selalu membantu mengurangi rimpull kendaraan,
maka sedapat mungkin harus diusahakan agar pada waktu alat itu mengangkut
muatan melalui jalur jalan yang menurun, sedangkan pada waktu kosong menaiki
atau mendaki jalur jalan itu.
Sehingga dengan
demikian pada waktu berisi muatan dapat bergerak lebih cepat dan membawa muatan
lebih banyak karena rimpull yang diperlukan sudah dikurangi dengan kemiringan
negative yang membantu. Ini berarti bahwa sedapat mungkin tempat penimbunan
atau tempat membuang material harus dipilihkan yang letaknya lebih rendah pada
tempat penggaliannya sendiri.
5.
Coefficient of Traction/Tractive
Coefficient
Merupakan suatu faktor yang
menunjukan berapa dari seluruh berat kendaraan itu pada ban atau track yang
dapat dipakai untuk menarik atau mendorong. Jadi harus dikali untuk menunjukan
rimpull maksimum antara ban atau track dengan permukaan jalur jalan tepat
sebelum selip. Jadi CT itu terutama tergantung :
a. Keadaan ban, yaitu keadaan dan
macamnya bentuk kembangan ban tersebut, untuk crawler track tergantung dari
keadaan dan bentuk tracknya.
b. Keadaan permukaan jalur jalan, basah
atau kering, keras atau lunak, bergelombang atau rata, dst.
c. Berat kendaraan yang diterima oleh
roda penggeraknya.
Coefficient of Traction Untuk
Bermacam-Macam Keadaan Jalur Jalan

Contoh
perhitungan
Sebuah
kendaraan mempunyai jumlah berat 40.000 lbs (20 ton) yang seluruhnya diterima
oleh roda penggeraknya dan akan bergerak pada jalur jalan yang terbuat dari
tanah liat yang kering dengan CT = 0,50 (50%), RR = 100 lb/ton dan kemiringan 5
%.
Jawab
:
Rimpull
yang dapat diberikan oleh mesin kendaraan pada macam jalan seperti diatas
sebelum selip bila beban yang diterima roda penggerak 100 % adalah sebesar :
·
RP/TP/TE/DBP = 40.000 lbs x 0,50 = 20.000 lbs
Sedangkan
rimpull untuk mengatasi tahanan kemiringan dan tahanan gulir adalah sebesar :
·
RP/TP/TE/DBP = Berat kendaraan x GR x kemiringan
20 ton x 20 lbs/ton/% x 5 % = 2.000
lbs
·
RP/TP/TE/DBP = Berat kendaraan x RR
20 ton x 100 = 2.000 lbs
Jumlah RP/TP/TE/DBP = 4.000 lbs
Maka
kendaraan itu pada keadaan jalur jalan tersebut tidak akan selip. Seandainya
kendaraan yang sama bergerak pada jalur jalan yang terbuat dari pasir lepas
dengan RR 250 lbs/ton dan CT =0,20 serta kemiringan 5 % sedangkan berat
kendaraan yang diterima oleh roda penggerak 50 % yaitu :
·
Untuk mengatasi RR :
RP/TP/TE/DBP = 20 ton x 250 lbs/ton
= 5.000 lbs
·
Untuk mengatasi GR :
RP/TP/TE/DBP = 20 ton x 20 lbs/ton/%
x 5 % = 2.000 lbs
Jumlah RP/TP/TE/DBP = 7.000 lbs
Sedangkan
rimpull yang dapat diterima oleh kendaraan 50 % nya adalah :
40.000
lbs x 0,20 x 50 % = 4.000 lbs,
maka
kendaraan tersebut tidak akan dapat bergerak atau selip.
6.
Rimpull/Tractive Pull/Tractive
Effort/Drawbar Pul
Merupakan besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan
oleh mesin suatu alat kepada permukaan jalur jalan atau ban penggeraknya yang
menyentuh permukaan jalur jalan. Bila coeffisien of traction cukup tinggi untuk
menghindari terjadinya selip maka rimpull maksimum adalah fungsi dari tenaga
mesin (HP) dan gear ratios (persnelling) antara mesin dan roda-rodanya, tetapi
jika selip maka rimpull maksimum akan sama dengan besarnya tenaga pada roda penggerak
dikalikan coeffisien of traction.
Rimpull biasanya dinyatakan dalam pounds (lbs) dan dihitung dengan
rumus :
HP x 375 x
effesiensi mesin
RP =----------------------------------------
kecepatan, mph
dimana
:
RP = Rimpull atau kekuatan tarik (lb)HP = Tenaga mesin, HP375 = Angka
konversiIstilah rimpull itu hanya dipakai untuk kendaraan yang beroda ban
karet, untuk yang memakai roda rantai (crawler track) maka istilah yang dipakai
ialah drawbar pull (DBP).
Kecepatan
Maksimum Pada Tiap-Tiap Gigi (Gear)

7. Percepatan (Acceleration)
Merupakan waktu yang diperlukan
untuk mempercepat gerak kendaraan dengan memakai kelebihan rimpull yang tidak
digunakan untuk menggerakkan kendaraan pada keadaan jalur jalan tertentu. Lamanya
waktu yang diperlukan untuk mempercepat gerak kendaraan tergantung dari
beberapa faktor yaitu :
a. Berat kendaraan, semakin berat maka
semakin lama waktu yang digunakan untuk mempercepat gerak kendaraan.
b. Kelebihan rimpull yang ada, semakin
besar rimpull yang berlebihan semakin cepat kendaraan itu dapat dipercepat.
Jadi kalau kelebihan rimpull itu tidak ada maka percepatan pun tidak akan
timbul artinya kendaraan tersebut tidak bisa dipercepat.
Untuk menghitung percepatan secara tepat dapat diperkirakan
dengan rumus newton yaitu :
W Fg
F = ------ αatauα
= ---
g
W
|
|
|
||
dimana
:
F
= Kelebihan rimpull (lbs)
g
= Percepatan karena gaya grafitasi (32,2 ft per sec2)
W
= Berat alat yang harus dipercepat (lbs)
Cara lain untuk menghitung percepatan secara tidak langsung adalah dengan menghitung kecepatan rata-ratanya. Rumus sederhana yang dipakai adalah :
Kecepatan rata-rata = Kecepatan
maximal x Faktor kecepatan
Faktor
kecepatan dipengaruhi jarak yang ditempuh kendaraan, semakin jauh jaraknya
maka semakin besar factor kecepatan kendaraan tanpa memperhatikan bagaimana
keadaan jalur jalan yang dilalui.
![]() |
Contoh
:
Sebuah
kendaraan bergerak diatas suatu jalur jalan sehingga memiliki kecepatan
maksimum 12,48 mph pada gigi ketiga. Bila jarak yang ditempuh adalah 1.250 ft
berarti faktor kecepatannya = 0,70 (lihat tabel diatas), maka kecepatan
rata-ratanya adalah : 12,48 x 0,70
= 8,74 mph.
8. Ketinggian Permukaan Air Laut (Altitude
or Elevation)
Ketinggian letak suatu daerah
ternyata berpengaruh terhadap hasil kerja mesin-mesin karena mesin-mesin
tersebut bekerjanya dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur udara luar. Semakin
rendah tekanan udaranya maka semakin sedikit jumlah oksigennya.
Dari pengalaman ternyata untuk mesin 4 tak (four cycle engines) maka kemerosotan tenaga karena berkurangnya tekanan, rata-rata adalah ± 3% dari HP diatas permukaan air laut untuk setiap kenaikan tinggi 1.000 ft kecuali 1.000 ft yang pertama. Sedangkan untuk mesin 2 tak ternyata kemerosotan lebih kecil yaitu sebesar ± 1% dari HP diatas permukaan air laut untuk setiap kenaikan tinggi 1.000 ft kecuali 1.000 ft yang pertama.
Dari pengalaman ternyata untuk mesin 4 tak (four cycle engines) maka kemerosotan tenaga karena berkurangnya tekanan, rata-rata adalah ± 3% dari HP diatas permukaan air laut untuk setiap kenaikan tinggi 1.000 ft kecuali 1.000 ft yang pertama. Sedangkan untuk mesin 2 tak ternyata kemerosotan lebih kecil yaitu sebesar ± 1% dari HP diatas permukaan air laut untuk setiap kenaikan tinggi 1.000 ft kecuali 1.000 ft yang pertama.
Contoh :
Sebuah mesin 4 tak dan 2 tak dengan
tenaga 100 HP diatas permukaan air laut pada ketinggian 10.000 ft hanya akan
memiliki HP sebesar :
3% x 100 x (10.000 - 1.000)
100 -
-------------------------------------- = 73
1.000
1% x 100 x (10.000 - 1.000)
100 - --------------------------------------
= 91
1.000
Akan
tetapi semakin tinggi letak tempat itu maka temperaturnya semakin rendah dan
hal ini akan membantu mesin menaikkan hasil kerja mesin-mesin bakar (bensin dan
diesel). Untuk menghitung pengaruh temperature udara biasanya dihitung dengan
suatu rumus dimana sudah diperhitungkan pengaruh tekanannya pula, yaitu :
Ps To
Ho = ---- √ ----
Po Ts
Dimana :
Hc = HP yang
harus dikoreksi dari pengaruh ketinggian yaitu pada ketinggian 0 ft
Ho = HP yang
dicatat pada ketinggian tertentu
Ps = Tekanan
barometer baku (standart), 29,92 inciHg
Po = Tekanan
barometer pada ketinggian tertentu, inciHg
Ts = Temperatur
absolute pada keadaan baku (standart), (4600 + 600 F) = 5200 F (=2730
C)
To = Temperatur
absolute pada ketinggian tertentu dalam 0 F atau (460 + Temp)
9.
Efisiensi Operator (Operator
Efficiency)
Merupakan
faktor manusia yang menggerakkan alat-alat yang sangat sukar untuk ditentukan
effisiensinya secara tepat karena selalu berubah-ubah dari hari ke hari bahkan
dari jam ke jam tergantung dari keadaan cuaca, keadaan alat yang dikemudikan,
suasana kerja, dll. Kadang-kadang suatu perangsang dalam bentuk upah tambahan
(insentive) dapat mempertinggi effisiensi operator.Sebenarnya effisiensi
operator tidak hanya disebabkan karena kemalasan pekerjaan itu tetapi juga
karena kelambatan-kelambatan dan hambatan-hambatan yang tak mungkin dihindari
seperti melumasi kendaraan, mengganti yang aus, membersihkan bagian-bagian
penting sesudah sekian jam dipakai, memindahkan ketempat lain, tidak adanya
keseimbangan antara alat muat dan alat angkut, menunggu peledakan disuatu
daerah yang akan dilalui, perbaikan jalan, dll.
Karena
hal-hal tersebut diatas selama satu jam jarang ada operator betul-betul dapat
bekerja selama 60 menit. Berdasarkan pengalaman maka bila operator dapat
bekerja selama 50 menit dalam satu jam, ini berarti effisiensinya adalah 83 %,
maka hal ini dianggap baik sekali jika alatnya berban karet. Sehubungan dengan
effisiensi operator diatas maka perlu juga diingat keadaan alat mekanisnya
karena hal tersebut mempengaruhi effisiensinya.
Operator Efficiency

Beberapa
pengertian yang dapat menunjukan keadaan alat mekanis dan effektifitas
penggunaannya antara lain :
a. Availability Index atau Mechanical Availability
Merupakan
suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanis yang sesungguhnya dari alat yang
sedang dipergunakan.
W
AI = -------- x 100%
W + R
Dimana
:
W
= Working hours atau jumlah jam kerja alat
Waktu
yang dibebankan kepada seorang operator suatu alat yang dalam kondisi dapat
dioperasikan artinya tidak rusak. Waktu ini meliputi pula tiap hambatan (delay
time)yang ada. Termasuk dalam hambatan tersebut adalah waktu untuk pulang pergi
ke permuka kerja, pindah tempat, pelumasan dan pengisian bahan bakar, hambatan
karena keadaan cuaca, dll.
R
= Repair hours atau jumlah jam untuk perbaikan
Waktu
untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena menuggu alat perbaikan termasuk
juga waktu untuk penyediaan suku cadang (spare parts) serta waktu untuk
perawatan preventif.
b.
Physical Availability atau
Operational Availability
Merupakan
catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang sedang dipergunakan.
W + S
PA = ------------ x 100%
W + R + S
S =
Standby hours
Jumlah
jam suatu alat yang tidak dapat dipergunakan padahal alat tersebut tidak rusak
dan dalam keadaan siap beroperasi
W+R+S
= Schedule hours
Jumlah
seluruh jam jalan dimana alat dijadwalkan untuk beroperasi
Physical Availability pada umumnya selalu lebih besar daripada Availability Index. Tingkat effisiensi dari sebuah alat mekanis naik jika angka Physical Availabilitymendekati angka Availability Index
Physical Availability pada umumnya selalu lebih besar daripada Availability Index. Tingkat effisiensi dari sebuah alat mekanis naik jika angka Physical Availabilitymendekati angka Availability Index
c.
Use of Availability
Menunjukan
berapa persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk beroperasi pada
saat alat tersebut dapat dipergunakan (Availability).
W
UA = ------- x 100%
W + S
Angka
Use of Availability biasanya dapat memperlihatkan seberapa efektif suatu alat
yang tidak sedang rusak dapat dimanfaatkan. Hal ini dapat menjadi ukuran
seberapa baik pengelolaan (management) peralatan yang dipergunakan.
d.
Effective
Utilization
Menunjukan
berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk
kerja produktif. Effective Utilization sebenarnya sama dengan pengertian
effisiensi kerja.
W
EU = ------------ x 100%
W + R + S
Dimana
:
W+R+S
= T = Total Hours Available atau Schedule hours (Jumlah jam kerja tersedia)
Contoh :
Contoh :
Dari
pengoperasian sebuah power shovel dalam sebulan dapat dicatat data sebagai
berikut :
Jumlah
jam kerja (working hours)
= W = 300
Jumlah
jam untuk perbaikan (repair hours)
= R = 100
Jumlah
jam siap tunggu (hours on standby)
= S = 200
Jumlah
jam yang dijadwalkan (schedule hours or Total hours) =
T = 600
Maka :
300
AI = ------------ x 100% = 75 %
300 + 100
300 + 200
PA = ------------ x 100% = 83 %
600
300
UA = ------------ x 100% = 60 %
300 + 200
300
EU = ----- x 100% = 50 %
600
Dalam
keadaan lain datanya sebagai berikut :
W
= 450
R
= 150
S
= 0, berarti alat tersebut
tak pernah menunggu (standby)
W+R+S
= 600
Maka :
450
AI = ------------ x 100% = 75 %
450 + 150
450 + 0
PA = ---------------- x 100% = 75 %
450 + 150 + 0
450
UA = ------------ x 100% = 100 %
450 + 0
450
EU = ----- x 100% = 75 %
600
Terlihat
bahwa operasi alat pada contoh kedua lebih effisien daripada operasi alat pada
contoh pertama.
10. Faktor Pengembangan (Swell
Factor)
Material
dialam diketemukan dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan baik, sehingga
hanya sedikit bagian-bagian yang kosong atau ruangan-ruangan yang terisi udara
(voids) diantara butir-butirnya, lebih-lebih kalau butir-butir itu halus
sekali. Akan tetapi bila material tersebut digali dari tempat aslinya, maka
akan terjadi pengembangan atau pemuaian volume (swell). Jadi 1,00 cu yd tanah
liat dialam bila telah digali dapat memiliki volume kira-kira 1,25 cu yd. ini
berarti terjadi penambahan volume sebesar 25% dan dikatakan material tersebut
mempunyai faktor pengembangan (swell factor) sebesar 0,80 atau 80%. Sebaliknya
bila bank yard ini dipindahkan lalu dipadatkan ditempat lain dengan alat gilas
(roller) mungkin volumenya berkurang, karena betul-betul padat sehingga menjadi
berkurang dari 1,00 cu yd. tanah sesudah dipadatkan hanya memiliki volume 0,90
cu yd, ini berarti susut 10%, dan dikatakan shrinkage factor nya 10 %.
Contoh
:
Sebuah
power scraper yang memiliki kapasitas munjung 15 cu yd akan mengangkut tanah
liat basah dengan factor pengembangan 80%, maka alat itu sebenarnya hanya
mengangkut 80% x 15 cu yd = 12 cu pay yard atau bank cu yd atau insitu cu yd.
Beberapa
persamaan faktor -faktor diatas :
V loose
Percent Swell = ( ---------------------- - 1) x 100%
V undisturbed
V
undisturbed
Swell Factor = ( ---------------------- ) x 100%
V loose
V
compacted
Shrinkage Factor = ( 1 - ----------------------- ) x 100%
V
undisturbed
Kalau
angka untuk shrinkage factor tidak ada biasanya dianggap sama dengan percent
swell. Beberapa istilah penting yang berkaitan dengan kemampuan penggalian
yaitu :
a.
Faktor Bilah (blade factor), yaitu
perbandingan antara volume material yang mampu ditampung oleh bilah terhadap
kemampuan tampung bilah secara teoritis.
b.
Faktor Mangkuk (bucket factor),
yaitu perbandingan antara volume material yang dapat ditampung oleh mangkuk
terhadap kemampuan tampung mangkuk secara teoritis.
c.
Faktor Muatan (payload factor),
yaitu perbandingan antara volume material yang dapat ditampung oleh bak alat
angkut terhadap kemampuan bak alat angkut menurut spesialisasi teknisnya.
11. Berat material (Weight of Material)
Berat
material yang akan diangkut oleh alat-alat angkut dapat mempengaruhi :
a.
Kecepatan kendaraan dengan HP
mesin yang dimilikinya.
b.
Membatasi kemampuan kendaraan untuk
mengatasi tahanan kemiringan tahanan gulir dari jalur jalan yang dilaluinya.
c.
Membatasi volume material yang
dapat diangkut.
Oleh
sebab itu berat jenis material harus diperhitungkan pengaruhnya terhadap
kapasitas alat muat maupun alat angkut.
Bobot Isi dan Faktor Pengembangan dari Berbagai
Material

12. Untuk menyatakan keserasian (synchronization) kerja antara alat muat
dan alat angkut dapat juga dengan cara menghitung faktor keserasian alat muat dan
angkut (matchfactor) yaitu :

Dimana :
Na = jumlah alat angkut, buah
Nm = jumlah alat muat, buah
Ctm = waktu edar (cycle time) alat muat
Cta = waktu edar (cycle time) alat angkut
Na = jumlah alat angkut, buah
Nm = jumlah alat muat, buah
Ctm = waktu edar (cycle time) alat muat
Cta = waktu edar (cycle time) alat angkut
Bila dari hasil perhitungan ternyata
:
a. Faktor keserasian < 1, maka alat muat akan sering menganggur atau berhenti
b. Faktor keserasian = 1, maka kedua alat tersebut sudah serasi (shyncron) artinya keduanya akan sama-sama sibuknya atau tak perlu ada yang menunggu.
c. Faktor keserasian > 1, maka alat angkut yang akan sering menganggur atau berhenti
a. Faktor keserasian < 1, maka alat muat akan sering menganggur atau berhenti
b. Faktor keserasian = 1, maka kedua alat tersebut sudah serasi (shyncron) artinya keduanya akan sama-sama sibuknya atau tak perlu ada yang menunggu.
c. Faktor keserasian > 1, maka alat angkut yang akan sering menganggur atau berhenti
Perhitungan Produksi Truck :
Sebuah truck dengan spesifikasi berikut :
Berat kosong : 37.000 lb
Kapasitas muatan : 40.000 lb
Berat total kendaraan : 77.000 lb = 34.900 kg
Dengan pembagian beban pada roda adalah sebagai berikut :
Poros depan : 12.000 lb
Poros kerja : 32.500 lb
Poros belakang : 32.500 lb
1 lb = 0,4536 kg
1 mile = 1,609 km
Digunakan power shovel 3 cuyd dengan produksi 312 cuyd/jam
Memindahkan tanah berat 2.700 lb/bcy, swell 25%, jarak angkut 1 mile, grade rata-rata 2,5% terhadap horizontal
Tahanan gelinding 70 lb/ton
Tahanan kelandaian 20 lb/ton/%grade
Koefesien traksi 0,6
Sebuah truck dengan spesifikasi berikut :
Berat kosong : 37.000 lb
Kapasitas muatan : 40.000 lb
Berat total kendaraan : 77.000 lb = 34.900 kg
Dengan pembagian beban pada roda adalah sebagai berikut :
Poros depan : 12.000 lb
Poros kerja : 32.500 lb
Poros belakang : 32.500 lb
1 lb = 0,4536 kg
1 mile = 1,609 km
Digunakan power shovel 3 cuyd dengan produksi 312 cuyd/jam
Memindahkan tanah berat 2.700 lb/bcy, swell 25%, jarak angkut 1 mile, grade rata-rata 2,5% terhadap horizontal
Tahanan gelinding 70 lb/ton
Tahanan kelandaian 20 lb/ton/%grade
Koefesien traksi 0,6

Waktu
siklus :
Loading = 15 cuyd / 312 cuyd/jam = 0,0482 jam
Mengangkut = 1 mile /11,9 mph = 0,084 jam
Kembali = 1 mile / 32,7 mph = 0,0306 jam
Waktu tetap (percepatan dan lain-lain) 2 menit = 0,0330 jam
Waktu membuang dan mengatur posisi 1 menit = 0,0165 jam
Total waktu siklus = 0,2123 jam
Jumlah trip / jam = 60 / 12,8 = 4,68 trip = 4 trip
Produksi 1 truck per jam = 4 trip/jam x 15 cuyd/trip = 60 cuyd/jam (bank)
Loading = 15 cuyd / 312 cuyd/jam = 0,0482 jam
Mengangkut = 1 mile /11,9 mph = 0,084 jam
Kembali = 1 mile / 32,7 mph = 0,0306 jam
Waktu tetap (percepatan dan lain-lain) 2 menit = 0,0330 jam
Waktu membuang dan mengatur posisi 1 menit = 0,0165 jam
Total waktu siklus = 0,2123 jam
Jumlah trip / jam = 60 / 12,8 = 4,68 trip = 4 trip
Produksi 1 truck per jam = 4 trip/jam x 15 cuyd/trip = 60 cuyd/jam (bank)
Faktor koreksi :
Waktu kerja 50 menit/jam 0,83 = 0,83 x 0,75 = 0,6225 (0,62)
Tata laksana tata kerja baik : 0,75
Total produksi = 0,62 x 60 bcy/jam = 37,2 bcy/jam
Dilayani dengan power shovel dengan produksi 312 bcy/jam
Truck yang dibutuhkan : 312 bcy/jam / 37,2 bcy/jam = 9 buah truck
Waktu kerja 50 menit/jam 0,83 = 0,83 x 0,75 = 0,6225 (0,62)
Tata laksana tata kerja baik : 0,75
Total produksi = 0,62 x 60 bcy/jam = 37,2 bcy/jam
Dilayani dengan power shovel dengan produksi 312 bcy/jam
Truck yang dibutuhkan : 312 bcy/jam / 37,2 bcy/jam = 9 buah truck
Tidak ada komentar:
Posting Komentar