EVALUASI KELAYAKAN CEKDAMP
MONAS DI MORONOPO
PT. ANTAM KAB. HAL-TIM PROVINSI MALUKU UTARA
O L E H :
ANJAS STYAWAN
PT. ANEKA TAMBANG Tbk UNIT
BISNIS PERTAMBANGAN NIKEL
OPERASI MALUKU UTARA KAB.
HALMAHERA TIMUR
B U L I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Suatu kegiatan penambangan selalu berdampak terhadap
perubahan fisik terutama di daerah sekitarnya. Untuk itu pengelolaan dan
pemantauan lingkungan harus menjadi perhatian serius, penambangan haruslah
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan merupakan upaya sadar dan terencana
yang memadukan lingkungan hidup termasuk sumberdaya kedalam proses kegiatan
penambangan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi
masa kini dan masa depan.
Topografi
daerah Moronopo memiliki elevasi tertinggi yaitu, 540 meter diatas permukaan
laut, pada daerah perbukitan terlihat adanya punggung utama yang kemudian
bercabang, antara bukit tersebut dibatasi oleh lembah dan lereng. Terdapat beberapa tumbuh-tumbuhan yang
tergolong hutan lebat, dimana endapan bijih nikel berada, pada daerah pesisir
pantai terdapat rawa yang ditumbuhi oleh mangrove.
Kegiatan
penambangan tidak terlepas dari masalah lingkungan karena memiliki jangka waktu
tertentu. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya erosi karena curah
hujan yang tinggi, hal ini dapat menghambat operasional penambangan,
menyebabkan kelongsoran, pengikisan pada permukaan tanah/erosi, serta terjadi
kekeruhan dan pendangkalan pada air laut. Untuk itu, perlu adanya perancangan
teknis pencegahan erosi untuk meminimalkan dampak lingkungan.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1 Identifikasi
masalah
Dalam merencanakan teknik pencegahan erosi untuk meminimalkan dampak
lingkungan, terlebih dahulu di identifikasi pemasalahan sebagai berikut :
·
Intensitas curah hujan
·
Luas daerah tangkapan hujan
·
Debit air limpasan
·
Daerah aliran air
·
Jarak
dan kemiringan lahan/lereng
1.2.2
Batasan masalah
Perencanaan teknis pencegahan
erosi untuk meminimalkan dampak lingkungan di Moronopo
1.3 Tujuan
·
Menahan/mengurangi laju erosi
·
Mengendapkan
material/sedimen sebelum dialirkan ke laut
·
Mencegah terjadinya kelongsoran
1.4
Pemecahan
Masalah
·
Penentuan
luas daerah tangkapan hujan
·
Perhitungan waktu konsentrasi hujan
·
Perhitungan intensitas curah hujan
·
Perhitungan
jarak dan kemiringan lahan
·
Perhitungan
debit air limpasan, memprediksi erosi lahan/yil sedimen dan volume material
yang mengendap
·
Sistem drainage
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Erosi
Erosi dapat juga disebut pengikisan atau kelongsoran yang
merupakan proses penghayutan tanah oleh kekuatan air dan angin, baik
berlangsung secara alamiah maupun sebagai tindakan manusia. Umumnya yang paling
berpotensi terjadinya erosi adalah air.
Di daerah penambangan terdapat beberapa air yang berasal dari :
·
Air permukaan adalah air yang terdapat dan mengalir
di atas permukaan tanah.
·
Air bawah permukaan adalah air yang terdapat dan
mengalir dibawah permukaan tanah.
2.2
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Erosi
2.2.1 Iklim
Iklim sangat besar pengaruhnya
terhadap erosi tanah adalah hujan, temperatur, dan suhu. Sejauh ini hujan
merupakan faktor yang paling penting. Hujan memainkan peranan penting dalam erosi tanah melalui tenaga penglepasan dari pukulan butir-butir
hujan pada permukaan tanah dan sebagian melalui konstribusinya terhadap aliran.
2.2.2 Tanah
Secara fisik, tanah terdiri
dari partikel mineral dan organik dengan berbagai ukuran. Pertikel-pertikel
tersebut tersusun dalam bentuk matriks yang pori-porinya kurang lebih 50%,
sebagian terisi oleh air dan sebagian lagi terisi oleh udara. Secara esensial,
semua penggunaan tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah.
2.2.3 Topografi
Topografi umumnya dinyatakan
kedalam kemiringan dan panjang lereng. Secara umum erosi akan meningkat dengan
meningkatnya kemiringan dan panjang lereng.
2.2.4 Tindakan
campur tangan manusia
Kegiatan manusia dikenal sebagai salah satu faktor paling penting
terhadap terjadinya erosi tanah yang cepat dan intensif. Kegiatan-kegiatan tersebut kebanyakan berkaitan
dengan perubahan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi.
2.3
Metode Prediksi Erosi Dan Yil Sedimen
2.3.1 Model
regresi ganda
Model ini banyak dikembangkan untuk memprediksi yil sedimen jangka
panjang pada daerah tangkapan air. Tujuannya
adalah (Bogardi, et.al.1986) :
a. Memperhitungkan Proses alamiah secara
integral
b.
Menawarkan penyelesaian sederhana
c.
Memakai data yang mudah diperoleh
Berikut adalah persamaan
regresi yang telah dikembangkan :
Fournier, 1960 menurunkan
persamaan empiris untuk memprediksi yil sedimen (Slaymaker, 1977).
Log SY = 2,56 log
+ 0,46 log H tan S – 1,56 .........................(1)

Dimana
: SY =
Yil sedimen (ton/ km2/tahun)
Phm = Hujan rata-rata bulanan tertinggi (mm)
Pma = Hujan tahunan rata-rata (mm)
H =
Ketinggian rata-rata (m)
S =
Kemiringan rata-rata
(derajat)
2.3.2 Universal
soil loss equation (USLE)
Berdasrkan analisis statistik terhadap lebih dari 10.000 tahun data erosi
dan aliran permukaan, parameter fisik dan pengelolaan dikelompokkan menjadi
llima variabel utama yang nilainya untuk setiap tempat dapat dinyatakan secara
numeris. Yaitu sebagai berikut
:
E = R. K . L . S . C . P ..........................................................................(2)
Dimana :
E = rata-rata
erosi tanah tahunan (ton/ha)
R =
indeks erosivitas hujan
K = faktor
erodibilitas tanah
L = faktor panjang lereng untuk menghitung
erosi dibandingkan dengan lereng yang
panjangnya 22,23 m
S = faktor kemiringan lereng untuk menghitung
erosi dibandingkan dengan kemiringan lereng 9%
C = faktor
pengelolaan tanah untuk menghitung erosi dibandingkan dengan tanah yang terus
menerus terbuka
P = faktor
praktek pengawetan tanah untuk menghitung erosi dibandingkan dengan tanah tanpa
usaha pengawetan
Besarnya R, L dan S dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
R = 0,41 x
H1,09 ...............................................................................(3)
dengan H = curah hujan (mm/tahun)
L =
.........................................................................................(4)

dengan Lo = panjang lereng (m)
S =
.......................................................................................(5)

dengan S = kemiringan lereng (%)
Tabel 2.1
Nilai faktor P untuk berbagai tindakan
konservasi tanah

Tabel 2.2
Jenis tanah dan nilai K

Tabel 2.3
Perkiraan nilai
faktor C berbagai jenis penggunaan lahan

2.4
Curah Hujan Dan Intensitas Curah Hujan
2.4.1 Curah
hujan
Curah hujan adalah banyaknya air hujan yang jatuh ke bumi persatu satuan
luas permukaan pada suatu jangka waktu tertentu. Curah hujan sangat berpotensi
terjadi erosi, Karena besar kecilnya curah hujan akan mempengaruhi besar
kecilnya air limpasan.
2.4.2
Periode ulang hujan
Periode ulang hujan adalah hujan maksimum yang diharapkan terjadi pada
setiap n tahun. Jika suatu data curah hujan mencapai harga tertentu (x) yang
diperkirakan terjadi satu kali dalam n tahun, maka n tahun dapat dianggap
sebagai periode ulang dari x. Perhitungan periode ulang dilakukan dengan Metode
Gumbel. Rumus metode Gumbel Tipe 1 adalah :
Y = a (X – Xo).....................................................................................(6)
Dimana : Y = Faktor
reduksi Gumbel
x =
CH maks rata-rata selama tahun
pengamatan (mm)
X = Curah
hujan rencana
Xo =
- 


a = 

S = Deviasi
standar
Nilai curah hujan maksimum
rata-rata (x) dapat dihitung dengan rumus :
x =
......................................................................(7)

Dimana : Xi =
Curah hujan maksimum pada tahun x
n = Lama
tahun pengamatan
Besarnya simpangan baku (S)
dapat dihitung dengan rumus :
S =
.........................................................(8)

Tabel 2.4
Hubungan Periode Ulang (T) Dengan Reduksi
Variansi

2.4.3
Intensitas curah hujan
Intensitas Curah Hujan adalah jumlah hujan yang jatuh dalam areal
tertentu dalam jangka waktu yang relatif singkat, dinyatakan dalam mm/jam, yang
artinya tingkat dan kedalaman yang terjadi adalah sekian mm dalam periode 1
jam. Untuk itu hanya didapat dari
data pengamatan curah hujan otomatis. Apabila curah hujan harian diketahui
tidak terdistribusi merata setiap tahun, maka menurut Mononobe (1953),
intensitas curah hujan untuk lama waktu hujan sembarang yang dihitung dari data
curah hujan harian yaitu :
I =
...…………………………………….......................(9)

Dimana : I = Intensitas curah hujan (mm/ jam)
R24 = Curah hujan 24 jam (mm)
t =
Waktu konsentrasi hujan (jam)
Waktu konsentrasi Hujan dapat dihitung dengan cara :
t =
...………………………………………………………………(10)

Dimana : L =
Panjang pengaliran (Km)
V =
Kecepatan aliran (km/jam)
V = Kecepatan
perambatan aliran (km/jam) = 72
..................(11)

Dimana
: V =
Kecepatan perambatan aliran (Km/jam)
H = Beda
tinggi antara tempat jatuh hujan terjauh dengan lokasi
pengamatan (m)
L
= Panjang pengaliran (Km)
Tabel
2.5
Koefisien
Pengaliran Oleh Dr. Mononobe

2.8
Sistem
Penyaliran Tambang
Sistem penyaliran tambang adalah usaha yang dilakukan
untuk mencegah masuknya air atau mengeluarkan air yang telah masuk ke permukaan
kerja. Perhitungan pengaliran suatu
saluran air ditentukan dengan menggunakan rumus manning sebagai berikut :
Q =
x R2/3 x S1/2 x A ..…………………………………….............(13)

Dimana : Q = Debit aliran maksimum (m3/detik)
A = Luas penampang basah (m2)
n = koefisien kekerasan dinding salurah (tabel 2.7)
R = Jari-jari koefisien hidrolis = A/P
S = Gradien saluran (%)
Koefisien
kekerasan manning

Untuk menghitung dimensi saluran adalah :
Z =
Cotg a .......................................................................................(14)
B =
b + 2X ......................................................................................(15)
H =
d + W .......................................................................................(16)
b/d =
2 [(1 + z2)1/2 – z] .....................................................................(17)
A =
b + z . d2 ...................................................................................(18)
R =
½ d ...........................................................................................(19)
a =
.....................................................................................(20)

X =
z (d + W) .................................................................................(21)
Dimana : b = lebar dasar
saluran (m)
B
= lebar permukaan saluran (m)
H
= kedalaman saluran (m)
A =
luas penampang saluran (m2)
r =
jari-jari hidrolik (m)

a =
panjang sisi saluran (m)
h =
kedalaman air (m)
n =
koefisien manning
w =
faktor keamanan
R =
½ d
2.9 Jarak Dan Kemiringan Saluran
2.10
Kolam Pengendapan/Check Dam
Pada umumnya air dari sistem drainage atau aliran air dari
area penambangan banyak mengandung lumpur, sehingga bila langsung dialirkan ke
sungai atau laut akan menyebabkan kekeruhan dan pendangkalan. Dalam upaya untuk
memperkecil pencemaran terhadap sungai atau laut, maka cara yang ditempuh
adalah membuat check dam. Untuk menentukan dimensi check dam dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut :
·
V = E x Density OB x Umur Tambang....……...……………..(22)
·
V = Q x t ....................................................................................(23)
·
A =
..........………………………………………………….(24)

·
P =
...………………………………………………………(25)

Dimana : V = Volume
kolam pengendapan
E
=
tanah yang tererosi
A
=
luas kolam pengendapan
P
=
panjang kolam pengendapan
Q
=
debit air limpasan
t = lama hujan dari curah hujan tertinggi
d
=
kedalaman yang direncanakan
l = lebar yang direncanakan
BAB III
HASIL PERHITUNGAN
3.1
Analisa
Data Curah Hujan
Metode yang digunakan dalam
perhitungan data curah hujan adalah metode Distribusi Gumbel tipe 1, sebagai
berikut :
Tabel 3.1
Curah Hujan

x = 

x =
= 115,35 mm/bulan

3.2
Catchmen
Area



Gambar 3.1
Catchmen Area Mornopo
Luas Catchment : 230465 m² = 23,05 Ha = 0.23 km²
Vegetasi rapat : 35% = Luas area : 0,081km²
Daerah terbuka : 65% = Luas area : 0,150 km²
3.3
Pola Drainase
Pola drainase adalah air yang
mengalir dari tempat titik tertinggi ke tempat yang lebih rendah.
















Gambar 3.2
Pola Aliran Drainase
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Evaluasi Cekdamp Monas
Dari hasil perhitungan untuk evaluasi cekdamp monas dapat menampung debit
air sebesar, dapat dilihat pada (lampiran D ) :



Gambar : 4.1
Cekdamp Monas
Tabel 4.1
Debit Air

4.2 Luas Cekdamp
Dari hasil perhitungan luas cekdamp monas adalah sebesar, dapat dilihat
pada (lampiran E ) :
Tabel 4.2
Luas Kolam Pengendapan

4.3 Sedimentasi Pada Cekdamp Monas
Dari hasil perhitungan material lumpur pada cekdamp monas sebesar 9915 m³
(lihat lampiran E )

Gambar 4.2
Sedimen Cekdamp Monas
4.4 Desain Cekdamp Monas
Desain cekdamp monas dengan lebar 46 meter panjang tanggul 60 meter dan
lebar tanggul 13 meter

Gambar 4.3
Desain Cekdamp Monas
4.5 Pola Aliran Cekdamp Monas
Pola aliran cekdamp monas adalah air yang masuk
melalui gorong-gorong (inlet), kemudian air yang membawa material mengalami
proses pengendapan pada kolam pertama, kemudian air masuk pada gorong-gorong
yang memotong tanggul tengah dan mengalami proses pengendapan pada kolam kedua
lalu keluar melalui gorong-gorong (outlet).











Gambar 4.3
Pola Aliran Cekdamp
Monas
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.
Data curah hujan perbulan adalah sebesar 115,35
mm/bulan.
2.
Luas Catchment : 230465 m2 = 23,05 Ha = 0.23 km2.
3.
Debit air pada kolam pengendapan 1 sebesar 2,56
m³/detik dan untuk debit air pada kolam pengendapan 2 sebesar 1,35 m³/detik.
4.
Desain cekdamp monas dengan lebar 46 meter panjang
tanggul 60 meter dan lebar tanggul 13 meter.
5.
Secara teoritis luas cekdam monas adalah sebesar
2560,10 m² sedangkan luas cekdamp monas
esisting sebesar 4928 m² jadi kesimpulannya cekdamp dapat menampung debit air.
6.
Untuk perawatan cekdamp monas, waktu pengerukan
dilakukan setiap 19,1 jam atau dilakukan pengerukan setiap hari dengan
menggunakan excavator Longarm atau excavator Pc 200.
7.
Untuk lumpur hasil pengerukan cekdamp monas langsung di
angkut dengan menggunakan dump truck ke tempat waste dump di blok AIII dan
ditata untuk dilakukan penanaman kembali.
5.2 Saran
1.
Untuk mencegah terbawanya sedimen oleh air khususnya
bronjong dan turap, maka dalam konstruksinya dipilih batu/boulder yang bersih
dan berat, yang dilapisi filter/penyaring pada selah-selah yang disusun dengan
rapi dan teratur
2.
Sebelum air yang
masuk kedalam cekdam melalui gorong-gorong (inlet) hendaknya membuat settling
pond di depan gorong-gorong (inlet) dan penyusunan bolder disisi gorong-gorong.
3.
Jika melihat
kemampuan cekdamp monas yang hanya menampung material selama 19,1 jam, maka
diperlukan penataan lahan untuk membagi catchmen area agar air tidak masuk ke
cekdam monas seluruhnya.
4.
Dengan kondisi
air masuk ke cekdamp monas seluruhnya maka, diperlukan perencanaan cekdamp
baru.
DAFTAR
PUSTAKA
Otto Soemarwono. 2003. Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan. Jogyakarta : Gadja Mada University Press.
Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral Badan Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya
Mineral. Pendidikan dan Pelatihan
Perencanaan Tambang. Bandung.
Diklat Perencanaan Tambang.
2004. Pendidikan dan Pelatihan
Perencanaan Tambang Gelombang II.
Bandung : Laboratorium Perencanaan dan Simulasi Tambang
Supli Effendi Rahim.
2003. Pengendalian Erosi Tanah, Dalam
Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta : PT. Bumi Aksa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar